Juni 2018 - Ceritaku

Senin, 18 Juni 2018

KEHILANGAN SAHABAT
Juni 18, 20180 Comments
Hai kamu! :)
Aku ingin menceritakan semua kegelisahanku tentang hidupku. Mungkin ini murni sebuah curahan hati yang sudah lama memenuhi rongga hati hingga tak muat lagi dan seperti ingin meledak lalu mati. Eh, jangan! Bukan-bukan, aku belum mau mati. Hanya saja, mudah-mudahan aku meledakkan kegelisahan hidupku ini di tempat yang tepat. Ya, semoga.
  • Aku bingung ingin memulainya darimana, karena aku merasa hidupku tak ada yang beres dan sepertinya tak akan baik-baik saja. Mungkin aku terlalu pesimis. Ya habis, mau bagaimana lagi? Dulu aku memiliki kehidupan di tengah-tengah orang-orang yang selalu menasihatiku, bahkan ketika aku hanya meliriknya, mereka mampu membuatku semangat untuk memandang hidup. Tapi sekarang tidak lagi. Sekarang aku merasa "jauh" sejak sesuatu itu terjadi,  sesuatu  yang aku sesali mengapa harus terjadi sampai-sampai aku takut dan tak berani lagi menyapa. 

Menyapa mereka, dan terlebih lagi menyapamu. Aku malu kepadamu, dulu kita begitu dekat bukan? Kita sudah seperti sahabat, kamu selalu ada saat aku sedih dan gundah. Kamu selalu ada untuk menghibur dan menyemangati jiwaku yang mati. Dulu kita begitu dekat bukan? Ya, tapi itu dulu. Kini aku merasa kita semakin menjauh, dan aku tak habis mengerti mengapa tiba-tiba jarak melebar sebegitu elastis dan waktu merenggang melesat sebegitu cepat. Bahkan yang aku tak habis mengerti, mengapa aku meninggalkanmu? 
Hai kamu, tahukah bahwa aku rindu? Aku rindu dengan kata-kata indahmu, yang katamu, tak akan pernah ada yang mampu sepertimu,  Kamu ingat? Dulu, kmu mengajarkanku menghafal,  dan arti hidup ini. Begitu berkesan dalam benakku karena selalu kuulang-ulang setiap hari, bahkan setiap waktu. Aku takut kalau-kalau suatu hari nanti aku melupakan walau satu huruf saja. Dulu aku begitu takut kehilangan semua kebersamaan
Kita. Hingga sejak sesuatu itu terjadi , sesuatu yang aku tak tahu persis kapan, kebersamaan kita sekarang seperti tinggal kenangan. 
Hai kamu, tahukah bahwa aku ingin mengulang semua kebersamaan kita dulu? Seperti ketika aku menyapamu, bertanya padamu, dan menceritakan semua kegelisahanku padamu. Kamu memang pendengar dan penasihat terbaik. Dan aku ingin bisa melakukannya seperti dulu, tapi entah sampai sekarang aku belum mampu. Aku ingin mendengar kembali semua nasihat-nasihatmu, mendengar kembali cerita yang selalu membuatku terkagum. Hmm... bagiku, kamu juga seorang pencerita terbaik. Karena dari ceritamu, aku bisa merasakan begitu dalamnya lautan hikmah, hingga kadang-kadang aku ingin tenggelam selamanya-lamanya bersama cerita-ceritamu. Aku seperti ingin memanggil semua orang di dunia, untuk mendengarkan ceritamu juga. Kamu selalu ingin bercerita, kamu bilang, ada begitu banyak cerita yang belum kamu ceritakan, dan aku berjanji akan selalu menjadi pendengar setiamu. Ah, tapi itu dulu, sekarang aku melanggar janji itu. 
Hai kamu, ingat tidak? Dulu, setiap pagi dan malam, kita selalu bertemu dan saling mengobrol tentang banyak hal. Kamu juga ingat tidak? Tempat favorit kita dulu? Sambil bersandar di jendela, kita berdua duduk bersisian. Aku duduk menatapmu sambil sesekali menatap langit. Karena sesekali aku butuh waktu untuk mencerna dan merenungi kata-katamu. Mungkin kamu tidak akan percaya, tapi sebenarnya, di antara kita, aku lah yang merasa paling beruntung bisa mengenal dan dekat denganmu. Karena aku tahu satu hal, tak semua orang bisa mengenalmu dan menjadi sahabatmu. Tidak semua orang bisa seberuntung aku. Aku begitu beruntung bisa menjadi sahabatmu, bisa bertemu lebih sering denganmu dibandingkan orang lain. Yo u   a r e   r e a l l y   s p e c i a l, bagiku tidak akan ada yang bisa menggantikanmu. Siapapun itu. 
Waktu kian beranjak meninggalkan aku yang kini sendirian dan kesepian. Karena kamu juga turut pergi bersamanya. Bukan, ini bukan salahmu, bukan karena kamu yang berjalan begitu cepat, hanya saja aku yang tak lagi bisa berjalan. Aku pincang entah sejak kapan. Lalu sejak itu, perjalanan hidupku terasa sangat panjang dan terasa sangat melelahkan. Aku tak tahu kapan kakiku akan pulih, mungkin aku akan berjalan tertatih-tatih untuk bisa menyusulmu kembali. Aku ingin kita bisa menjalani hidup beriringan lagi, seperti dulu. Seperti setiap hari, setiap pagi dan setiap malam. Aku ingin kita bisa bersama lagi, saling bercerita dan menceritakan banyak hal berdua. Aku ingin kamu menghiburku dengan kata-katamu yang indah, membangkitkan kembali semangat dalam jiwaku yang retak, aku ingin kamu mengingatkanku dan menasihati hatiku yang sekarang terasa begitu rapuh. Hingga akhirnya, aku mampu menjalani kembali hidupku yang sebelumnya terasa sangat kering dan hambar menjadi kembali manis dan indah. Aku harap, kamu masih mau kembali mengiringiku, duduk dan berjalan bersisian denganku... menjadi sahabatku. 
Sahabatku, maafkan aku yang telah meninggalkanmu, bahkan pernah melupakanmu. Aku takut kelak suatu hari kamu akan datang padaku dan aku tak lagi bisa mengenalimu. Aku takut, kelak aku akan ditanya tentangmu, dan aku tak tahu harus bilang apa. Maka setelah tulisan ini selesai, aku akan melepas semua ketakutan dan keraguanku. Aku akan mencoba menyusulmu, menyapamu, dan kita kembali seperti dulu. Aku sungguh merindukanmu. Jadi, kumohon tunggu aku. 
Reading Time:

Sabtu, 09 Juni 2018

Kisah pertama dari sosok Ibu
Juni 09, 20180 Comments

Seorang Ibu yang sudah lama tak berjumpa dengan anaknya yang pergi merantau, memberi pesan singkat seperti ini :
"Nak, sudah lama kau tidak telpon, sibuk ya. Sudah lama juga tidak kirim uang, apa banyak cicilan yang belum lunas ? Mama senang kau sudah punya istri cantik, rumah mewah, mobil bagus dan anjing import. Katanya anjingmu dikasih rumah yang indah, makanan yang enak dan jika anjingmu sakit kau bawa ke dokter dan menunggunya sampai larut malam. Nak, jika Mama lahir kembali Mama ingin menjadi anjingmu agar bisa bersamamu."
Kisah lain berasal dari isi perasaan sesosok Ayah.
Seorang Bapak yang sedang sakit terbaring diatas kasurnya. Anaknya yang sudah lama pergi merantau akhirnya pulang untuk menjenguknya. Namun sang Ayah berkata seperti ia tidak mengenal si anak. Ia mengira si anak adalah anak dari temannya. Ia berkata kalau anaknya itu tidak mungkin mau pulang karena yang anaknya tau hanya mengirim uang, uang dan uang. Ternyata selama ini ketika si anak berkata pada Ayahnya bahwa ia tidak bisa pulang karena masih sibuk dengan pekerjaannya, Ayahnya selalu bilang pulanglah kalau kau sudah sempat. Pada akhirnya si anak menyaksikan ungkapan jujur dari Ayahnya kalau sang Ayah sebenarnya sangat merindukan kepulangannya namun tak berani untuk memintanya pulang karena takut mengganggu pekerjaannya. Ia baru menyadari bahwa yang Ayah dan Ibunya butuhkan bukan hanya uang. Namun kehadirannya disisi mereka lebih berarti dari apapun.
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca kisah diatas ?
Apa ada rasa sesak di hati saat membacanya ? Terbayangkah jika Mama kalian yang berkata seperti itu ? Jangan sampai itu terjadi yah kawan. Ubahlah keadaan sebelum semuanya sudah terlambat untuk diperbaiki. Di postingan kali ini akan membahas tentang 2 malaikat tak bersayap yang sudah merawat kita semenjak kita lahir hingga sedewasa sekarang.
Ingatkah kalian ? Orang tua kita selalu berusaha untuk memberi apa yang kita butuhkan ? Ingatkah kalian ? Orang tua kita selalu sabar mengajari kita untuk menjadi seorang pribadi yang baik ?
Ayah… Ayah selalu bekerja keras untuk mencari nafkah supaya dapat menghidupi keluarga. Ayah dengan tegas mengajari kita untuk menjadi pribadi yang kuat. Mungkin diantara kita memiliki sesosok Ayah yang tak banyak bicara. Namun percayalah kawan, yang didalam hati dan pikirannya adalah kita.
Ingatkah waktu kecil Ayah mengajarkan kita untuk belajar naik sepeda? Atau waktu kita ingin minta makan KFC, Ayah langsung membelikannya untuk kita ? Atau saat kita minta mainan yang kita suka, Ayah langsung membelanjakan uangnya untuk memenuhi kemauan kita ?
Ingatkah dengan lelucon Ayah yang selalu berhasil membuat kita tertawa ? Ingatkah dengan candaan – candaan kecil yang sering kita lakukan bersamanya? Ingatkah saat kita menonton pertunjukkan dan dia menggendong kita diatas pundaknya supaya kita bisa melihat pertunjukkan dengan lebih jelas ?
Setelah memori masa kecil kalian mulai terputar, sekarang pikirkan pertanyaan – pertanyaan ini.
Pernahkah kalian mendengar keluhan kalau Ayah capek mengurus kita? Capek bekerja untuk kita ? Capek menggendong kita kesana kemari ? Capek untuk bermain bersama kita ?
Tentu tidak. Karena dia tidak akan tega membiarkan anak kesayangannya tau betapa lelahnya dia bekerja seharian. Tanpa kalian sadari pun sebenarnya Ayah selalu menyisakan waktu untuk bermain bersama anak – anaknya walau baru saja selesai bekerja.
Apa kalian percaya dengan cinta pada pandangan pertama ? Aku percaya. Karena aku sudah mencintai Ibuku sejak pertama aku melihatnya 🙂
Ibu… Ibu adalah wanita terkuat yang pernah kita jumpai selama kita hidup. Ibu telah melawan rasa sakit yang sungguh luar biasa saat melahirkan kita. Saat kalian sedih, tanpa mengatakan apapun Ibu langsung akan mengerti perasaanmu. Apa kalian menyadari kalau Ibu sering kali berbohong ? Ibu selalu bilang, kalau ia tidak lapar. Ibu selalu bilang kalau ia tidak lelah. Semua itu ia lakukan demi kalian, anak yang sangat ia sayangi. Ia berkata ia tidak lapar supaya makanan yang tadinya ingin dia makan, diberikan saja untuk kalian makan. Ia berkata ia tidak lelah supaya tetap bisa menemani kalian bercerita.
Ingatkah kalian, saat kalian sedang sakit, siapakah yang selalu ada disisi kalian dan merawat kalian dengan penuh kesabaran? Ingatkah kalian, saat kalian ingin memakan makanan kesukaan kalian, Ibu langsung memasakkannya untuk kalian? Ingatkah kalian, saat Ibu menemani disamping kalian hingga kalian tertidur ?
Akuilah. Tak memandang sudah seberapa dewasa pun kalian saat ini, disaat kalian merasakan sesuatu yang tidak enak, pasti kalian akan mencari sesosok Ibu untuk menjadi sandaran kalian. "Kasih Ibu.. Kepada beta.. tak terhingga sepanjang masa.. Hanya memberi… Tak harap kembali.. Bagai sang surya.. menyinari dunia.."
Sekarang, pikirkan 1 pertanyaan ini. Renungkan.
Apa yang sudah kalian lakukan untuk kedua orang tua kalian ?
Adakah yang sudah kalian beri pada mereka? Adakah yang sudah kalian lakukan untuk membahagiakan mereka? Adakah yang sudah kalian lakukan untuk membalas apa yang selama ini sudah mereka berikan pada kalian? Jika belum, setidaknya jangan membuat mereka kecewa. Jangan membuat hati mereka terluka atau bersedih.
Dengarkanlah perintah mereka. Walau terkadang agak keras sekalipun, percayalah itu semua demi kebaikan kalian dimasa depan. Tidak ada orang tua yang gak kepengen anaknya menjadi anak yang membanggakan kedepannya kan? Hargailah mereka. Kalian tidak pernah tau keadaan sesulit apa yang sudah mereka lewati demi kalian. Berilah mereka hanya air mata kebahagiaan. Air mata yang hanya menetes karena bangga saat kalian berhasil kelak 🙂
Pada sisi lain,
Kalau sekarang kalian adalah anak yang merantau jauh untuk mengejar kesuksesan demi orang tua, janganlah lupa untuk menelpon mereka. Kabar dari kalian akan sangat berarti bagi mereka. Percayalah, mereka pun terkadang pasti berpikir ingin menelpon hanya untuk sekedar menanyakan kabar kalian tapi takut mengganggu kesibukan kalian diluar sana. Mereka selalu merindukan kalian.
Ayah akan sangat merindukan sosok putri kecilnya.. sosok putra kecilnya.. yang dulunya selalu bermain bersamanya namun sekarang harus pergi jauh untuk menggapai mimpinya.
Ibu akan merindukan anak – anaknya yang dulunya selalu manja padanya.. namun sekarang harus pergi jauh untuk memulai hidup yang mandiri.
Ingatkah saat kalian saling berbagi cerita dulu ? Ingatkah saat kalian duduk manis mendengarkan cerita dari Ayah ataupun Ibu kalian ?
Pulanglah jika kalian ada waktu untuk pulang. Kehadiran kalian adalah segalanya bagi mereka. Jangan sampai terjadi seperti 2 kisah diatas yah kawan. Janganlah kita hanya sibuk dengan urusan kita sendiri namun lupa kalau mereka juga semakin tua..mereka membutuhkan kalian hadir disisi mereka, merawat mereka, menemani masa tua mereka.
Ubahlah keadaan sebelum terlambat. Sayangi orang tua kalian selagi mereka masih ada didunia ini. Sayangilah 2 malaikat tak bersayap yang Tuhan hadirkan dihidup kita 🙂

Kawan.. kebahagiaan itu bukan hanya tentang kesehatan, kekayaan, kekuasaan, tapi ketahuilah, hal yang paling membuat kalian bahagia itu sebenarnya melihat kedua orang tua kalian tersenyum, dan alasan dibalik senyuman lembut itu adalah.. kalian 🙂
Reading Time: